Pertemuan Ketua Umum PP IA-ITB dengan Menteri Kesehatan Republik Indonesia membahas tentang potensi NIVA (Non Invasive Vascular Analyzer) hasil riset ITB yang dihilirisasi oleh IA-ITB. Hasil pertemuan ini adalah rencana dilaksanakannya pilot project pemanfaatan NIVA di Jakarta dan Bandung untuk melakukan screening awal risiko penyakit jantung dan pembuluh darah guna menurunkan jumlah kematian akibat serangan jantung dan stroke di Indonesia.
NIVA, Inovasi ITB Bantu Deteksi Dini Kardiovaskular
Di Indonesia, persoalan penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke masih menjadi pembunuh nomor satu. Bukan hanya tercatat memegang kasus terbanyak tapi juga signifikan memberatkan perekonomian negara, pasalnya, beban biaya pengeluaran BPJS kesehatan untuk penanganan penyakit ini termasuk yang tertinggi dan menjadi perhatian.
Berangkat dari permasalahan tersebut, NIVA akronim dari Non-Invasive Vascular Analyzer mulai dikembangkan oleh Prof. Dr. Ir. Tati Latifah Erawati Rajab Mengko dan tim dari kelompok keahlian Teknik Biomedika, Sekolah Tinggi Elektro dan Informatika (STEI), Institut Teknologi Bandung.
NIVA menawarkan solusi preventif dari persoalan yang dialami. Menggunakan sensor photoplethysmograph(PPG) dan sensor tekanan darah, NIVA memiliki dua fungsi utama yang dijalankan. Pertama untuk mengukur fungsi vaskuler yang mengantar darah ke seluruh tubuh untuk mengetahui kecenderungan keberadaan penyumbatan dan Kedua adalah untuk mengukur fungsi Endotelial untuk memberikan gambaran apakah pembuluh darah berfungsi normal atau tidak.
Penggunaan NIVA diintegrasikan dengan penggunaan perangkat, sehingga hasil analisa NIVA tidak bergantung pada keahlian operatornya, jika parameternya menunjukkan hasil yang kurang baik, pengobatan ke dokter dapat dijalani sebelum hal yang lebih buruk terjadi. Proses kerja NIVA dapat membantu tenaga medis dalam aktivitas screening kesehatan jantung dan pembuluh darah. (Redaksi/ADV)